Episode Juli # chapter I

Standar

 

inilah senyum panitia yang selalu semangat

inilah senyum panitia yang selalu semangat

Bulan Juli, hanya salah satu bulan di tahun 2011 ini. Sama seperti bulan-bulan sebelumnya, aku masih diah cmut yang pethakilan. Hanya saja bulan Juli tahun ini ada beberapa kejadian mengesankan yang –sepertinya- layak untuk ku ceritakan disini. (sebenernya aku mau curcol gitu..^_^). Karena terlalu banyak, aku bagi ke beberapa chapter aja deh.

Chapter I

Awal bulan Juli adalah persiapan menuju HUT RI. Begitu pula karang taruna di kampungku. Kepanitiaan sudah terancang dengan diskusi alot pada suatu malam. Dan sejak malam itu, aku merasa menggendong beban berat di pundakku yang kurus. Ya, aku dinobatkan sebagai Waketupat (Wakil Ketua Panitia) serangkaian acara untuk menyambut HUT RI ke-66 ini. Bukan hal yang mudah lo. Karena masa kerjanya lama. Dari awal rencana lomba untuk masyarakat hingga apa yang akan dipentaskan di puncak acara nanti. Ah, kan masih ada Ketupat-ketua panitia-nya. Memang sih, tapi mendadak dia harus magang di sebuah RSJ di Jogja selama 2 bulan. So, praktis aku yang memegang pucuk pimpinan. But it’s Okey, ada sepasukan teman-teman yang siap membantu.

Hal yang paling mengesankan dalam hari-hari ini adalah ketika panitia berusaha meyakinkan seorang tokoh masyarakat tentang rancangan lomba yang kami usulkan. Sebuah pertandingan futsal untuk bapak-bapak antar RT, ternyata ditentang oleh beliau dengan alasan yang sangat lucu (menurutku). Ya, beliau menolak dengan alasan, beliau tidak paham apa itu futsal. Kolot banget ya? hehehe… tapi begitulah, panitia hanya menahan geli sekaligus kesal ketika penjelasan kami pun tak digubris. Alhasil pertandingan futsal diganti pertandingan sepakbola biasa.

Kadang aku berpikir, bagaimana kampung ini bisa lebih maju jika pikiran-pikiran kreatif anak muda harus dipangkas dengan kekolotan orang tua dengan alasan ‘bukan budaya kampung kita’? padahal secara geografis, letak kampung ini bukan termasuk daerah pelosok pedesaan di kaki gunung. Bahkan dilintasi sebuah jalan raya yang menghubungkan kota Solo dan kota Purwodadi. Anak-anak mudanya pun berpendidikan, tidak ada yang putus sekolah gra-gara kesulitan biaya. Pernah suatu ketika aku mengusulkan kepada bapak (kebetulan beliau seorang aparat desa), bagaimana jika lapangan tenis itu dialihfungsikan sebagai lapangan basket. Tinggal nambahi ring dan perubahan garis lapangan. Selama ini lapangan tenis itu terbengkalai tanpa ada yang memanfaatkan. Karena tenis memang bukan olahraga yang cukup familiar di kampungku.  Tapi usul itu ditolak oleh beberapa orang karena alasan yang aneh. Aku bukan siapa-siapa, meski bapakku orang terpandang. Pernah pula aku bertanya mengenai bagaimana prosedur meminta bantuan untuk pembuatan perpustakaan kampung. Pandangan sinis dan meremehkan, seakan aku anak kemarin sore yang tak tau apa-apa. Hmmm… setidaknya aku berani bermimpi,  ada yang berubah dari kampung ini dalam hal edukasi, olahraga dan sebagainya.

Ah sudahlah, kembali ke lomba. Lomba-lomba untuk bapak-bapak dan ibu-ibu antar RT terlaksana selama 2 minggu lebih. Antara lain : sepakbola, voly, estafet kelereng dan tretek. Ditambah dengan lomba anak-anak yang cukup menguras tenaga dan suara. Aku harus membagi-bagi waktu dan pikiran antara kampung, kampus dan nulis. Cukup baik, meski sempat amburadul. Selebihnya aku sehat. Hehe. Hanya saja, kepanitiaan yang terbentuk kurang solid. Hanya beberapa gelintir orang yang bersedia meluangkan waktu dan pikiran serta tenaga datang ke lapangan untuk sekedar menyiapkan ubarampe perlombaan. Sedikit kecewa sih, tapi bangga dengan beberapa orang itu, lomba-lomba tersebut dapat terlaksana dengan baik. Standing applause for Tri, Endar, Aris gendut, Depri juga Ute yang senantiasa ceria menyiapkan segalanya bahkan menghadapi beberapaprotes pedas warga.

Minggu kedua, aku tak banyak berperan di perlombaan. Ada tanggung jawab lain yang harus ditunaikan. Maaf kawan, terpaksa aku tak bisa menemani kalian. Dan aku percaya kalian mampu menghandle semuanya, karena kalian hebat.

dan inilah juara festival tretek kampung Cinet, RT 04

lanjut ke chapter II

mari komen, mari bicara!